Sabtu, 20 April 2013

Pondasi



Bagian bangunan paling bawah yang mempunyai bidang kontak langsung dengan dasar tanah keras di bawahnya
Fungsi: memikul seluruh bobot bangunan beserta isi/muatannya dan menyalurkan/mendistribusikan-nya secara merata ke tanah di bawahnya, hingga:
    1. Kedudukan bangunan mantap/stabil
    2. Bila terjadi penurunan pada lantai akibat berat bangunan dan isinya, penurunan tersebut akan sama pada setiap titik bangunan sehingga tidak terjadi kerusakan pada konstruksi (retaknya dinding, balok, dsb) dan permukaan lantai tetap rata.
SYARAT-SYARAT PONDASI
  1. Bentuk dan konstruksinya kokoh dan kuat untuk mendukung beban bangunan di atasnya.
  2. Dibuat dari bahan yang tahan lama dan tidak mudah hancur sehingga kerusakan pondasi tidak mendahului kerusakan bagian bangunan di atasnya.
  3. Tidak boleh mudah terpengaruh oleh keadaan di luar pondasi, misalnya kondisi air tanah, dll.
  4. Terletak di atas tanah datar yang cukup keras sehingga kedudukan pondasinya tidak mudah bergerak (berubah), baik bergerak ke samping, ke bawah (turun) ataupun mengguling
JENIS PONDASI MENURUT KEDALAMAN TANAH KERAS
  1. Pondasi dangkal (< 0,80 m)
Dibuat jika lapisan tanah keras tidak terlalu dalam, galian untuk pondasi ini tidak boleh kurang dari 80cm dalamnya agar badan pondasi tidak retak-retak karena penyusutan tanah akibat dibebani.
  1. Pondasi ½ dalam (0,80 – 2 m)
Dibuat jika bobot bangunan tidak begitu besar dan lapisan tanah yang mampu menahannya terletak agak dalam
  1. Pondasi dalam (> 2m)
Dibuat jika bobot bangunan besar (misalnya bangunan bertingkat) dan biasanya lapisan tanah yang mampu menahannya terletak lebih dalam, bahkan sampai 40 m di bawah permukaan tanah.

JENIS-JENIS PONDASI MENURUT KEDALAMAN TANAH KERAS
  1. Pondasi Dangkal:
    1. Pondasi batu kali
    2. Pondasi batu bata
    3. Pondasi beton tumbuk
    4. Pondasi lajur beton bertulang
    5. Pondasi plat beton
  2. Pondasi ½ Dalam:
    1. Pondasi busur
    2. Pondasi di atas lapisan tanah yang telah diperbaiki
  3. Pondasi Dalam:
    1. Pondasi sumuran
    2. Pondasi tiang pancang
    3. Pondasi tiang beton cor
PONDASI BATU KALI
Bila batu kali selalu tertanam dalam tanah, kualitasnya tidak berubah, jadi cocok sebagai bahan pondasi
Penampang lintangnya dibuat trapesium dengan lebar atas 5-10 cm lebih lebar dari kiri kanan dinding di atasnya (jadi 25-35 cm) agar didapat siar spesi sambungan batu kali yang cukup,. Bila dibuat sama lebar dengan dinding, dikuatirkan dalam pelaksanaan pemasangan pondasi ada yang tidak tepat (dinding tidak lagi berada di atas permukaan badan pondasi) sehingga  pondasi tidak sesuai lagi dengan fungsinya.
Lebar sisi bawah pondasi kira-kira 2-3 kali lebar sisi atas, tergantung pada perhitungan beban.  Tetapi biasanya 70-80 cm.
Galian tanah pondasi batu kali sebaiknya dibuat sama dalam, hanya lebarnya dapat berbeda tergantung tebal tembok yang akan dipikulnya (1/2 bata, 1 bata, dsb).
Lebih baik menggunakan batu pecah daripada batu bulat karena permukaannya lebih kasar/tajam sehingga saling mengunci dan tidak mudah tergelincir.
Sebaiknya tidak menggunakan batu yang berukuran kurang dari 25-30 cm agar mudah diangkat dan diatur tukang sehingga bentuknya rapi dan kokoh, Untuk mengisi celah-celah antara pasangan batu besar dapat digunakan batu kali yang lebih kecil.

BAGIAN PONDASI BATU KALI
  1. LAPISAN PASIR DASAR
Lapisan pasir yang dipadatkan setebal 5-10 cm, berfungsi sebagai drainase untuk mengeringkan air tanah yang terdapat di sekitar badan pondasi, juga agar pori-pori pada permukaan tanah dasar dan bidang bawah pondasi dapat tertutup rapat.

  1. AANSTAMPING/PAS. BATU KOSONG
Lapis atas pasir dasar, terbuat dari batu kali berdiameter sekitar 10-15 cm, disusun tegak dan rapat tanpa adukan (batu kosong), disela-selanya diisi pasir yang disiram air lalu dipadatkan (ditumbuk) sehingga tidak ada rongga kosong dan susunan batu menjadi kokoh bersama-sama. Lapisan ini lebih lebar sekitar 10 cm dari kiri-kanan badan pondasi.
Berfungsi sebagai lantai kerja dan drainase untuk mengeringkan air tanah yang terdapat di sekitar badan pondasi
Bila lapisan tanah untuk pondasi mengandung pasir atau cukup kering. Lapisan Aanstamping tidak diperlukan. Cukup diberi lapisan pasir dasar yang sudah dipadatkan setebal 10 cm.

  1. BADAN PONDASI
Dibuat dari pasangan batu kali dengan perekat (beraping) campuran 1 kp:1 sm:2 ps atau 1 pc:3 ps
Untuk pondasi dinding luar bangunan, sejak ketinggian 10 cm di bawah halaman sampai ke atas, dipakai perekat/plesteran trasraam (kedap air) yaitu campuran 1 pc: 2 ps.
Menyusun/menggambar batu kali pada badang pondasi, tidak boleh terdapat siar segari baris vertikal maupun harizontal. Untuk memudahkan pemasangannya, batu pada bagian tepi harus dibuat lebih tinggi daripada batu pada bagian tengah. Posisi ini juga akan mencegah campuran berapen melimpah terlalu banyak ke luar badan pondasi.

  1. SLOOF BETON
Berupa balok beton bertulang dengan campuran 1 pc: 2 ps :3 kr di atas sepanjang pondasi
Berfungsi untuk menyalurkan beban dari dinding tembok di atasnya agar terbagi secara merata di sepanjang pondasi.  Lebarnya setebal tembok di atas dan tingginya 20-30 cm
Balok-balok yang memikul beban selalu diletakkan tegak (tidak rebah) agar daya pikul bebannya lebih besar.

4. TEMBOK DG PEREKAT TRAASRAM
Tingginya sampai 20 cm di atas permukaan lantai
Fungsi untuk mencegah merembesnya air dari tanah naik ke tembok sehingga tembok menjadi rusak
Untuk dinding kamar mandi, tinggi tembok traasram 150 cm.

  1. LAPISAN PASIR DI BAWAH LANTAI
Berupa urugan pasir setebal 15-20 cm yang dipadatkan
Berfungsi untuk mencegah pecahnya lantai akibat penyusutan tanah di bawahnya.
  1. BETON TUMBUK
Jarang terdapat pada gambar konstruksi yang sudah agak lama
Fungsinya untuk menjaga agar lapisan lantai tidak pecah dan turunnya merata
Tebalnya sekitar 3 -5 cm, terbuat dari pasangan 1 pc: 3ps : 6 kr atau 1:3:5 (sumber: Pak Chairul Israr)

  1. LANTAI TEGEL (UBIN SEMEN/TRASO)
Dipasang dengan perekat campuran 1 pc: 3 ps
  1. TANAH URUG
Untuk mengisi sisa lubang pondasi yang tidak terisi pasangan pondasi.
Sebelum sisa galian ditimbun, sebaiknya dinding badan pondasi diberap/dilapis dengan perekatnya agar rata dan untuk menutup celah antara pasangan batu yang mungkin ada dan bisa dimasuki binatang kecil atau akar tanaman yang dapat merusak pondasi
  1. KEMIRINGAN GALIAN TANAH
Perbandingan kemiringannya 5:1



Struktur Konstruksi Macam-Macam Pondasi Dangkal




Pondasi merupakan bagian yang penting pada bangunan. Fungsi utamanya adalah untuk meneruskan beban dari struktur bangunan ke tanah. Pondasi banyak sekali macamnya, tergantung dari fungsi bangunan, bentuk bangunan, serta kondisi tanah.
Apa saja macam-macam pondasi?
Terdapat dua klasifikasi pondasi, ada pondasi dangkal, ada pondasi dalam. Pondasi dangkal adalah pondasi yang tidak membutuhkan galian tanah terlalu dalam karena lapisan tanah dangkal sudah cukup keras, apalagi bangunan yang akan dibangun hanya rumah sederhana. Sedangkan pondasi dalam adalah pondasi yang membutuhkan pengeboran dalam karena lapisan tanah yang baik ada di kedalaman, biasanya digunakan oleh bangunan besar, jembatan, struktur lepas pantai, dsb.
Kekuatan pondasi dangkal ada pada luas alasnya, karena pondasi ini berfungsi untuk meneruskan sekaligus meratakan beban yang diterima oleh tanah. Pondasi dangkal ini digunakan apabila beban yang diteruskan ke tanah tidak terlalu besar. Misalnya, rumah sederhana satu lantai, dua lantai, bangunan ATM, pos satpam, dan sebagainya.
Yang termasuk pondasi dangkal antara lain:
1. Pondasi Pasangan Batu Kali Menerus
Pondasi ini digunakan oleh sebagian besar rumah satu lantai (terutama rumah-rumah di perumahan) di Indonesia. Pondasi ini dipasang menerus sepanjang dinding bangunan untuk mendukung dinding serta kolom-kolom berdekatan.





2. Pondasi Telapak/Footplat
Pondasi telapak berbentuk seperti telapak kaki seperti ini.Pondasi ini setempat, gunanya untuk mendukung kolom baik untuk rumah satu lantai maupun dua lantai. Jadi, pondasi ini diletakkan tepat pada kolom bangunan.Pondasi ini terbuat dari beton bertulang. Dasar pondasi telapak bisa berbentuk persegi panjang atau persegi.


3. Pondasi Telapak Menerus
Pondasi telapak menerus adalah pondasi telapak yang dibuat memanjang sepanjang dinding. Ini adalah versi menerus dari pondasi footplat. Seperti ilustrasi di bawah ini.




4. Pondasi Umpak
Pondasi umpak dijumpai pada rumah kayu, rumah-rumah adat, rumah jaman dulu. Pondasi jenis ini masih bisa ditemui di perdesaan, yang mayoritas rumahnya masih berstruktur kayu. Rumah nenek anda pun mungkin masih menggunakannya.
Pondasi umpak merupakan pondasi setempat, terletak di bawah kolom kayu atau bambu. Biasanya menggunakan material batu kali yang dipahat, pasangan batu ataupun pasangan bata. Berhubung rumah seperti itu menggunakan material kayu sebagai struktur utamanya, berat sendiri bangunan cukup ringan, sehingga pondasi ini cukup kuat untuk meneruskan beban ke tanah.


5. Pondasi Rakit
Bila di kedalaman dangkal ditemui tanah yang lunak untuk diletakkan pondasi, maka solusinya bisa menggunakan pondasi rakit. Pondasi rakit bisa digunakan untuk mendukung bangunan yang terletak di tanah lunak. Selain itu, pondasi ini juga berguna untuk mendukung kolom-kolom yang jaraknya terlalu berdekatan tidak mungkin untuk dipasangi telapak satu per satu, solusinya yakni dijadikan satu kekakuan.
Pada gambar diatas, kolom-kolom yang tidak mungkin dipasangi telapak satu per satu karena letaknya berdekatan. Solusinya, dijadikan satu dengan memberi cor-coran beton. Pondasi rakit sejatinya adalah pelat beton bertulang.

Fungsi dan Jenis Lapisan Plester Dinding


Hampir semua dinding yang sudah jadi selalu diberi lapisan atau plester. Kecuali jika dinding itu memang sengaja dibuat dinding ekspose dengan tujuan untuk menonjolkan tampilan susunan batu bata atau media lain untuk membuat dinding. Maka tidak mengherankan jika plerter selalu diidentikan dengan tembok atau dinding meski ada element lain yang juga membutuhkan lapisan seperti talud, saluran air dan sebagainya. 

Plester sendiri adalah lapisan yang diaplikasikan untuk menutup dengan yang punya beberapa fungsi atau kegunaan. Yang paling utama adalah untuk menjadikan dinding tersebut telihat lebih rapi dan bersih. Dan agar makin indah, kemudian diberi lapisan finishing yang lain yaitu cat. 

Fungsi lainnya adalah untuk melindungi dinding itu sendiri dari cuaca yang panas karena muncul sengatan sinar matahari maupun dari tumpahan air ketika hujan sedang turun. Selain itu dengan ditutupnya dinding memakai plester, maka kekuatannya akan makin bertambah besar sehingga dinding tersebut akan bertambah kuat dan kokoh. 

Plester atau lapisan juga akan membuat dinding menjadi rata dan pekerjaan perawatan bisa lebih mudah dikerjakan. Dan apabila ada suara yang bising lapisan dapat ikut menjadi media peredam suara meski tidak bisa secara maksimal, hanya sekedar mengurangi saja. 

Di luar fungsi-fungsi tersebut sebenarnya lapisan masih punya banyak kegunaan yang lain. Tapi minimal fungsi yang telah disebutkan di atas merupakan fungsi yang paling utama dan pokok. 

Jenis lapisan plester dinding ini ada tiga bagian. Lapisan yang pertama disebut dengan lapisan kamprotan namun ada yang menyebutnya dengan nama berangkal. Bahan untuk membuat adonan plester kamprotan atau berangkal yaitu semen dan pasir. Komposisi adonannya ada yang menggunakan perbandingan 3:5 atau 2:5 dan sebagainya tergantung dari jenis kekuatan dan kepadatan dinding yang ingin dihasilkan. Demikian pula dengan ukuran tebal atau tipisnya. Namun pada umumnya lebih sering menggunakan ukuran standar yaitu tiga millimeter. 

Proses pengerjaan plester pertama ini cukup mudah dilakukan dan waktu yang dibutuhkan juga tidak begitu lama, karena adonan tinggal ditempelkan pada dinding. Yang paling sering menjadi masalah adalah adonan tidak bisa menempel. Hal ini disebabkan karena dinding batu bata dalam kondisi yang terlalu kering. Jadi perlu dilembabkan dulu dengan cara disiram memakai air. 

Lapisan yang kedua namanya adalah badan plesteran. Fungsi utamanya adalah untuk membuat dinding menjadi rata. Adapun bahan untuk membuatnya juga sama yaitu semen dan pasir. Tapi untuk ukurannya lebih tebal lagi yaitu antara enam hingga sepuluh millimeter. Semakin tebal lapisan badan plesteran maka kualitasnya juga akan semakin bagus. 

Namun ukuran ketebalan ini biasanya juga disesuaikan dengan fungsi dari dinding tersebut. Jika merupakan dinding rumah biasanya, tentu tidak membutuhkan badan plesteran yang terlalu tebal. Demikian pula kompisisi dan perbanding pasir dan semen, tidak ada standar yang khusus dan disesuaikan pada kebutuhan. 

Terakhir lapisan ketiga yaitu lapisan aci. Dibandingkan dengan jenis yang lain, lapisan aci ini punya ukuran yang paling tipis yaitu setebal dua millimeter saja. Tapi ada pula yang membuat dengan ukuran yang agak tebal yaitu tiga millimeter. Bahan untuk membuatnya adalah semen tanpa diberi campuran apapun juga kecuali air sebagai pembuat adonan dan mengencerkan. 

Fungsi dari lapisan aci yaitu untuk membuat tampilan dinding menjadi halus. Fungsi yang lain adalah untuk melindungi badan plester dari resiko terjadinya perubahan cuaca entah itu dingin atau panas. 

Pekerjaan pembuatan aci harus dilakukan lebih berhati-hati agar ukuran ketebalan bisa diatur dengan baik. Apalagi bahan untuk membuatnya bersifat sangat lembek sehingga harus memakai teknik tertentu agar bisa melekat secara erat pada badan plester. Lalu agar hasilnya lebih halus, jika sudah setengah kering lapisan ini bisa diampelas.

sumber

Sejarah Desain Rumah Minimalis


Sebenarnya desain rumah bergaya minimalis yang saat ini menjadi booming bukan merupakan suatu konsep desain yang baru. Karena sekitar tahun 1920 yang lalu desain ini sudah mulai berkembang namun belum begitu terkenal. Barulah pada tahun 1990 konsep desain minimalis mulai banyak dikenal orang dan mulai mengalami perkembangan yang pesat sepuluh tahun kemudian atau tahun 2000. 

Banyak orang berpikir jika yang dinamakan desain minimalis adalah suatu desain yang akan menghasilkan bentuk yang sederhana namun tetap punya nilai estetika dan ruang yang lebih besar atau longgar. Padahal konsep desain minimalis tidak sekedar itu saja. 

Alasan dari kemunculan desain minimalis adalah sebagai salah satu bentuk protes beberapa aliran arsitektur yang terlalu boros dalam penggunaan bahan untuk bangunan yang bisa mengganggu keseimbangan alam. Misalnya penggunaan kayu yang berlebihan untuk pembuatan interior dan bahan lain yang diambil dari alam, sementara manusia tidak bisa memproduksinya sendiri. 

Sehingga dalam pembuatan desainnya, konsep minimalis lebih mengutamakan fungsi dari penggunaan bahan secara lebih maksimal. Ornament atau hiasan yang hanya sebagai pajangan selalu dihindari dalam konsep desain minimalis, bahkan dihilangkan. Jadi jika menggunakan kaca misalnya, kaca tersebut harus bisa difungsikan sebagai alat untuk pengaturan cahaya, bukan untuk sekedar hiasan ruang saja. 

Tokoh yang paling punya peran penting dalam mempopulerkan desain ini adalah Ludwig Mies van der Rohe dan Le Corbusier. Mereka berdua ini berhasil memberi warna dan pengaruh perubahan menuju arah keserderhaan yang menjadi tujuan utama dari konsep minimalis. 

Di Negara Amerika, desain ini mulai mengalami perkembangan pada tahun 1960 dan menjadi salah satu bagian dari aliran seni dan muncul sebagai bentuk perlawanan pada aliran seni yang lain yaitu abstrak ekspresionisme yang lebih dulu terkenal pada tahun 1950. Perbedaan yang cukup mencolok dari kedua aliran ini adalah konsep minimalis lebih mengutamakan nilai-nilai umum atau universal yang diungkap melalui gaya geometris dan abstrak dengan komposisi matematis. Sedangkan aliran abstrak ekspresionisme justru lebih mengutamakan nilai-nilai yang bersifat individual. 

Konsep desain minimalis yang lebih menonjolkan sifat fungsional dan esensial sehingga harus bisa meminimalkan bahkan menghilangkan ornament yang tidak perlu atau hanya sekedar menjadi pajangan saja. Sehingga efisiensi penggunaan bahan material seperti beton, baja, kaca dan lain sebagainya menjadi tantangan bagi para arstektur dalam membuat rancangan pada bangunan baru. Berbagai macam ide dimunculkan oleh banyak arsitek yang ketika itu sedang berusaha keras untuk mendapatkan formasi baru yang mampu menyesuaikan dengan kondisi jaman yang terus berkembang dan mencoba untuk meninggalkan semua pengaruh dari aliran klasik. 

Di Indonesia sendiri, konsep desain minimalis juga mengalami perkembangan yang cukup pesat, terutama setelah masa kepopuleran desain gaya mediteranian mulai mengalami kesurutan. Hanya saja, karena masyarakat kita belum begitu memahami makna dan tujuan dari konsep minimalis ini, maka mereka lebih suka meniru-niru konsep minimalis yang diterapkan di engara-negara Eropa dan Amerika yang dianggap lebih maju.

Masyarakat tidak menyadarai jika kondisi alam Indonesia yang tropis berbeda dengan kondisi alam di negera-negara Barat. Maka akibat yang ditimbulkan adalah pemborasan, terutama dalam segi pembiayaan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.

Adapun contoh yang paling sering terlihat adalah sistem pencahayaan yang dibangun. Dengan alasan ingin mendapatkan sinar matahari yang maksimal, pemilik rumah bergaya minimalis mengurangi ukuran atau menghilangkan kanopi yang memang tidak begitu sering digunakan oleh rumah-rumah minimalis di daerah Eropa. Padahal sinar matahari yang memancar di daerah Indonesia sifat panasnya lebih tinggi. 

Hal ini mengakibatkan perabot yang ada di dalam ruang menjadi cepat rusak dan warnanya juga tidak awet. Tentu ongkos yang dikeluarkan untuk pembiayaan perawatan menjadi mahal karena juga harus lebih sering dilakukan.

sumber

Konsep Green Architecture / Arsitektur Hijau Secara Umum



Konsep green architecture atau arsitektur hijau saat ini menjadi topik yang ramai diperbincangkan, selain kesadaran masyarakat yang makin tinggi akan pentingnya melestarikan alam hal ini juga untuk menghemat sumber daya alam yang tak terbarukan. Berbagai pemikiran tentang green arsitektur pun bermunculan seiring persaingan di dunia arsitek. Green architecture ialah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien. Konsep arsitektur ini pada dasarnya lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar, penggunaan bahan daur ulang dan juga ramah lingkungan. Green architecture  diharapkan akan digunakan di masa kini dan masa yang akan datang, demi kelangsungan hidup yang lebih baik, di bawah ini beberapa prinsip dari green architecture :
1.Hemat energi, Pengoperasian bangunan meminimalkan penggunaan bahan baker dan energi listrik.
2.Memperhatikan kondisi iklim, mendesain bangunan harus disesuaikan dengan kondisi iklim setempat.
3.Meminimalkan pemakaian sumber daya baru, seperti menggunakan bahan daur ulang atau penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam.
4.Tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan tersebut, bangunan yang akan dibuat nantinya tidak merusak alam sekitarnya sehingga pada saat bangunan tersebut sudah tidak digunakan, lingkunagn sekitar akan tetap tampak aslinya
5.Merespon  keadaan tapak dari bangunan, dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya.
6.Menetapkan seluruh prinsip – prinsip green architecture secara keseluruhan, ketentuan di atas tidak baku dan kita dapat menyesuaikannya dengan kebutuhan.
Green architecture (arsitektur hijau) mulai tumbuh sejalan dengan kesadaran dari para arsitek akan keterbatasan alam dalam menyuplai material yang mulai menipis.Alasan lain digunakannya arsitektur hijau adalah untuk memaksimalkan potensi alam.

Penggunaan material-material yang bisa didaur-ulang juga mendukung konsep arsitektur hijau, sehingga penggunaan material dapat dihemat.

Green dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik).

A.Sustainable ( Berkelanjutan ).
Yang berarti bangunan green architecture tetap bertahan dan berfungsi seiring zaman, konsisten terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan – perubuhan yang signifikan tanpa merusak alam sekitar.
B. Earthfriendly ( Ramah lingkungan ).
Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep green architecture apabila bangunan tersebut tidak bersifat ramah lingkungan, artinya bukan hanya desain tetapi juga dalam implementasinya dalam penggunaan bahan atau material untuk bangunan.

C. High performance building.
Bangunan yang disebut green arsitektur juga harus memiliki sifat ini, artinya memanfaatkan tenaga alam dengan didukung teknologi tinggi .
Contohnya :
1.Penggunaan panel surya ( Solar cell ) untuk memanfaatkan energi panas matahari sebagai sumber pembangkit tenaga listrik rumahan.
2.Penggunaan material – material yang dapat di daur ulang.
Secara sederhana konsep green architecture ini bisa kita terapkan di dalam rancangan rumah sederhana sekalipun, hanya saja semua kembali pada kesadaran diri kita sendiri, apakah ada niat baik untuk menuju ke sana, demi kelangsungan hidup anak cucu kita di masa depan yang lebih baik

sumber